Malang, PERSPEKTIF – Mahasiswa baru maba Universitas Brawijaya (UB) tahun angkatan 2016, harus menunggu untuk dapat mengenakan jas almamater UB. Keterlambatan distribusi jas almamater disebabkan karena proses lelang pengadaan seragam almamater yang terlambat. Rektorat dan Eksekutif Mahasiswa (EM) UB mengaku akan segera mengevaluasi.
Dari dokumen yang dirilis di lpse.ub.ac.id proses pelelangan almamater memang dilakukan tidak jauh hari sebelum pelaksanaan PKKMU. Tahun 2015, penandatanganan kontrak baru dilakukan pada 5 September 2015. Sedangkan, untuk tahun 2016 penandatanganan kontrak lelang pada 3 Juni 2016.
Terkait keterlambatan ini, Wakil Rektor II UB, Sihabudin mengatakan pasti ada evaluasi. Ia memaparkan ada beberapa pihak yang berwewenang, termasuk ada audit internal, dan dilakukan tiap tahun. Namun, lanjut Sihabudin, setelah evaluasi tidak menutup kemungkinan timbul masalah lain.
“Evaluasi selalu dilakukan. Tapi kadang-kadang, ya, yang ini terbenahi yang itu muncul,” tutur Sihabudin.
Dari data yang dihimpun Perspektif dari laman lpse.ub.ac.id, pemenang lelang pengadaan seragam almamater ini adalah pihak yang sama, PT. Dailbana Prima. Pemenang lelang ini, lanjut Sihabudin, telah melalui proses lelang yang dilakukan UB.
Pengadaan seragam almamater ini tiap tahun tetap menggunakan sistem lelang. Sebab, kata Sihabudin, sistem lelang ini diatur oleh pemerintah, dan harus terbuka pada semua pihak. Ia menerangkan, ada beberapa faktor yang menentukan dalam proses lelang itu, misalnya, spesifikasi bahan, kesanggupan, dan harga.
“Lelangnya pun elektronik, jadi online dan diawasi oleh kejaksaan,” papar Sihabudin.
Lebih lanjut, ia menyatakan, agar permasalahan ini tidak kembali terjadi, untuk tahun depan proses lelang harus dilakukan lebih awal. Terkait kontrol terhadap pemenang tender, ia mengakui ada kekurangan.
“Yang terlambat bisa jadi dari pengadaannya atau pemborongnya. Seharusnya kan di tagih terus, ini mungkin juga penagihannya yang kurang,” ujarnya.
Selain itu, harus ada mekanisme kontrol melalui pengawalan yang dilakukan bagian pengadaan. Sebab, evaluasi tidak mungkin berjalan tanpa pengawalan.
“Harus dikawal. Kalau tidak, kadang-kadang itu meleset,” katanya.
Ketika dikonfirmasi terkait kemungkinan evaluasi ini, dari penelusuran dan permintaan wawancara yang dilakukan Perspektif ke PT. Dailbana Prima, mereka meminta wawancara dilakukan off the record.
Senada dengan Sihabudin, Kepala Sub Bagian Pengadaan UB, Siti Marpu’ah, juga mengungkapkan hal yang sama. Dalam waktu dekat ini, kata Marpu’ah, UB sedang mempersiapkan lelang untuk tahun 2017.
“Kita mengevaluasi dari kegiatan 2015 terlambat, 2016 ini terlambat. Kita terlambat diproses lelangnya, mungkin salah satunya itu. Proses lelangnya itu tidak mudah seperti yang dibayangkan,” ungkapnya.
Ditanya terkait mengapa proses lelang ini dilakukan di tanggal itu, Marpu’ah mengaku tidak memiliki wewenang menjawab, sebab ia masih belum lama menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Pengadaan.
Selain itu, jelas Marpu’ah, untuk pembagian jaket dan kaos almamater angkatan 2015 dan 2016 tidak satu paket dengan pembagian jas almamater. Tetapi, lanjutnya, itu adalah hak mahasiswa dan akan diberikan kepada mahasiswa.
“Jas dulu, mohon maaf, kami memang terlambat. Itu juga menjadikan catatan buat kita,” ujarnya.
Presiden EM UB, M. Zahid Abdurahman, menyatakan evaluasi harus segera dilakukan. Sebab, menurut Zahid, hal ini tidak bisa terus terjadi. Ia juga menyatakan kemungkinan EM akan menuntut pemecatan.
“EM sudah memberikan evaluasi bahwa tidak bisa terus-menerus terjadi seperti ini,” kata Zahid. (lta/bmh/wur)