oleh : Biyan Mudzaki H.
Terduduk lah uloen
Di sudut Koetaradja nan ramai ini
Termenung melihat ke kiri dan kanan
Merindukan sosok ular yang melintas disini
Bersamaan dengan seorang penyair jalanan
Dia terus melantunkan nada-nada mendayu sejukkan telinga
“Geurintang Apui” tiada henti ia terus lantunkan
Bersamaan dengan si ular raksasa menghampiri ke tengah
Ular yang satu ini tidaklah berbisa
Namun ini yang mengayomi aneuk-ureung semua
Bersamanya dia membawa barang keperluan semua
Membayar berapa dirham untuk sesembahannya
Dari Koetaradja menuju Besitang
Bireun dan Sigli berlalu lewat Kutablang
Sang ular berumur abad ini kini telah tiada meninggalkan kepala yang kini sedang loen tatap
Terkubur dalam kenangan dan syair uloen dan semua ureung
Tentang Penulis : Penulis merupakan mahasiswa sosiologi 2013 dan saat ini sedng berproses sebagai anggota divisi redaksi LPM Perspektif.