Jejaring – Ari Ambarwati, Ary Yanuar, dan Abdussomad berbicara soal jejaring persma dalam talkshow musyawarah kota VIII PPMI Malang di Balai Merdeka, Unmer, Sabtu (2/4).
Malang, PERSPEKTIF – “Mengapa kalian tidak risau dengan kemacetan di Kota Malang?” ungkap alumni Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Ari Ambarwati dalam talkshow bertema Revitalisasi Jejaring Pers Mahasiswa, pagi tadi (2/4).
Melalui talkshow itu Ambar, sapaan akrabnya, mengeluhkan ketidakpekaan awak pers mahasiswa (persma) terhadap fenomena sekitar. Ambar mencontohkan isu-isu kemacetan, tata ruang kota, dan fluktuasi harga daging di kota Malang bisa menjadi isu yang bisa dikaji oleh media mahasiswa yang sesuai dengan bidang yang dipelajari.
Di sisi lain, Ambar menngkritik jajaran rektorat dan dekanat yang sering menganggap Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) sebagai humas kampus. Padahal, menurutnya, peran persma tidak hanya meliput hal yang baik di dalam kampus, namun juga mengkritik kebijakan kampus dan isu sosial di luar kampus.
Ia menambahkan liputan yang ditulis oleh persma harus memiliki dampak sosial terhadap masyarakat. Tujuannya liputan tersebut bisa ditindaklanjuti oleh instansi terkait, sehingga tidak berhenti di kalangan anggota persma sendiri.
“Semua mahasiswa yang berkuliah di perguruan tinggi negeri dan swasta mendapatkan subsidi dari pemerintah yang berasal dari pajak rakyat. LPM adalah salah satu wadah untuk payback kemasyarakat yang sudah membayar pajak,” tegasnya. (rzd)