Oleh: Ika Yuni Nur Ardiana*
Lepas seperti busur panah
Merobohkan akar-akar kehidupan
Tanpa menyadari kekosongan jiwa
Tanpa makna
Jika aku kamu dia, Menerobos keheningan
Menggores sayatan yang sudah lama tinggal di tubuh
Mencari kenikmatan duniawi
Untuk kesenangan abadi
Entah lah, apa yang sudah kita perbuat
Apa yang menjadikan kita hidup
Pori-pori tubuh yang mati
Terkoyak oleh syetan penunggu jiwa
Yang mantap memberikan seduhan racun kesengsaraan
Sehingga kita harus terpenjara, terjerembab, terperosok
Ke dalam jurang pembawa kematian
Jalanilah, jalani seperti apa yang sudah seharusnya dijalani
Seperti rel kereta yang tetap pada jalurnya
Berhenti pun, tapi tetap pada jalurnya
Jika kau menyimpang, kau akan tumbang
Itu yang pastinya kita sangka sebagai arah hidup yang pasti
Berjalan walaupun durinya tetap menancap kuat
Tapi dengan kekuatan keyakinan
Kisah ini akan berakhir indah
Seperti bunga kuncup yang mekar esok hari
Seperti bunga mawar berduri, indah tapi menyakiti
Begitulah hidup sebenarnya
Indah penuh arti, tapi mati jika lalai
*) Penulis adalah mahasiswa yang tengah menempuh studi Sastra Inggris di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya