Karya: Syifa Nadia*
Pernahkah kau bertemu dengan seorang gadis dan langsung mengetahui bahwa dia adalah gadis yang tepat untuk mu? Hal itu lah yang dirasakan oleh seorang pria berumur hampir 30 bernama Arya. Rintik hujan datang ketika Arya bersiap menuju sebuah bank, tempat ia bekerja. Terpaksa Arya harus menghentikan motor yang ia kendarai, dan segera berteduh di bawah halte bis untuk melindungi tubuhnya dari basah kuyup. Disana Arya bertemu dengan seorang gadis yang juga sedang menunggu hujan reda. Sejujurnya, gadis itu tidak terlalu cantik. Pakaian yang ia kenakan tidak terlalu istimewa. Make up di wajahnya pun tidak tebal mempesona. Namun, saat Arya memandang ke arah gadis itu, ada sesuatu yang bergemuruh di dalam dadanya. Bukan karena rambut bergelombang, hidung mancung, pinggang ramping atau hal semacam itu yang menjadi kriteria bagi pria untuk menentukan tipe wanita yang disukai. Tentu saja Arya juga memiliki tipe wanita kesukaan nya sendiri, tetapi perasaan yang menyelimuti hati nya pada pagi itu merupakan perasaan yang benar – benar berbeda. Arya yakin ia telah menemukan gadis yang sangat sempurna untuk diri nya.
“Pagi ini aku bertemu dengan seorang gadis dan satu kata yang terlintas di otak ku adalah bahwa ia sungguh sempurna” ujar Arya pada rekan kerjanya ketika mereka sedang makan siang. “Apakah gadis itu bertubuh tinggi dan seksi seperti dia?” balas Riko sambil tersenyum nakal kearah gadis muda yang lewat disamping meja mereka. “Tidak, bahkan ia tidak terlalu cantik” Arya menggeleng pelan. “lalu apa yang membuat mu tertarik?” Riko mengernyitkan dahi mendengar jawaban dari temannya itu. “Entah lah, aku juga tidak mengetahui apa yang membuat gadis itu spesial” ucap Arya sambil mengangkat bahu tidak peduli. “Dasar aneh, lantas apa yang kamu lakukan? Mengajak ngobrol? Meminta nomor handphone nya?” timpal Riko. “Tidak ada, kami hanya sekilas saling pandang lalu berpisah ketika hujan berhenti”
Seandainya Arya diberi satu kali kesempatan untuk bertemu lagi dengan gadis yang ia jumpai di bawah halte bis tempat mereka berteduh, Arya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Tidak sampai satu jam waktu yang Arya butuhkan untuk bertanya tentang gadis itu, bercerita tentang dirinya, atau menjelaskan perasaan – perasaan rumit yang muncul dan tidak terlalu dimengerti oleh Arya.
***
Pada Suatu hari ada sepasang remaja yang tidak saling kenal menghabiskan waktu bersama. Diawali dari perjumpaan yang tak terduga, lalu mereka merasa bahwa diri mereka saling jatuh cinta. Si pemuda memiliki ide konyol untuk menguji takdir mereka. Ia berkata, “Mari tidak saling memberi tau identitas masing – masing, apabila kita memang diciptakan untuk satu sama lain, maka suatu saat nanti kita pasti akan bertemu lagi dan pada saat itu aku berjanji akan menikahi mu.” Si gadis menyetujui ucapan si pemuda, dan mereka memutuskan untuk berpisah. Waktu berlalu dengan cepat, si pemuda tumbuh dewasa menjadi seorang pegawai bank dan ternyata si gadis telah memiliki dua orang anak. Nampaknya takdir telah mempertemukan mereka kembali, namun ingatan dan janji yang mereka miliki beberapa tahun silam telah sirna. Tanpa mengucapkan sepatah kata, mereka berpapasan ditengah derai suara hujan yang menimpa atap halte bis, kemudian mereka berpisah. Kali ini untuk selamanya.
Tentang Penulis:
*Syifa Nadia
Penulis merupakan Mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional angkatan 2014 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Saat ini ia aktif menjadi anggota divisi Sastra LPM Perspektif.