Dunia dengan gedung-gedung yang belum selesai dibangun,
juga kepala-kepala yang tak kunjung mencari ampun.
Bersambung dengan berita pagi demokrasi yang sekarat
dan rakyat yang masih menduga-duga.
Lalu ada anak-anak memakai baju abu-abu dan hitam,
air matanya jatuh menguap menjadi doa yang meneduhkan.
Sementara kita berseteru sebagai koper yang dipisahkan langkah kaki,
tanpa label nama dan berpura-pura tak saling mengenali.
Kau berkata ingin mengingat hal-hal yang baik saja,
sambil menghilangkan cerita-cerita tentang kesedihan.
Aku pun tak punya cara agar masing-masing dari kita
bisa berhenti saling menerka.
Bersama dunia yang terus dibangun melalui Soekarno-Hatta dan Juanda,
juga kepala-kepala bersujud dalam diam, menghamba akan segala kemungkinan,
kita semakin sibuk bertengkar tentang kata-kata yang salah jalan,
dan sama-sama keras kepala untuk meminta maaf.
Lalu daun-daun akan menguning dan gugur berjatuhan,
bersiap-siaplah untuk segala yang mungkin tentang kehilangan.
*Ayu Putri Kharina
Penulis adalah Mahasiswa Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya angkatan 2014.
(Visited 139 times, 1 visits today)