Lompat ke konten

Perempuan di Rel Kereta


Konon terbit berarti pengharapan
Tapi tak selalu begitu
Bukankah terbit menghapuskan lupa atas terbenam
Seperti pengharapan yang mengingatkan atas keterpurukan


Langkah canggung menyusuri rel kereta
Diiringi fajar yang hanya sekelebat
Pemanis semu sebelum terik

Sembari menenteng sepatu tinggi
Terhapus rias cantik oleh peluh dan air mata
Terbitku perih, kawan
Menghadapkan pada hina cemooh didepan muka
Kalau bisa aku pilih, biar saja gelap tetap disini
Lupakan terbit dan pengharapan
Yang justru menanamkan getir

Biar malam membantuku bersembunyi
Dari manusia-manusia yang mengaku beradab
Dari kekecewaan yang bercokol sebab patahnya nilai

Singkirkan saja mitos tua
Yang berkisah bahwa terbit berarti pengharapan
Sungguh, Tidak selalu begitu

(Wonokromo, 2014)

*Permata Putri I. Ariani: Lahir di Surabaya, 11 April 1994, pimpinan Divisi Sastra LPM
Perspektif, mahasiswa Ilmu Komunikasi UB 2012
(Visited 54 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?