Ke tubuhmu, alamat dan sebuah rumah dengan beranda luas
Di sana, aku ingat genting berisik yang membahasakan hujan
Lantai marmer dan bunyi siul di panci dapur
Tapi kau selalu keras padaku
”Jangan tanya alamat ke kenang kita,” katamu
Aku tak yakin kita selesai
Sebab derit pintu malam-malam adalah namamu yang letih
Sepulang kerja; mencariku; ke pelukan seribu
Juga sprei kasur yang gigil di bawah selimut adalah bau tubuhmu
Sehabis mandi; kilau rambut basah di bola lampu
Setelah itu kita bercinta
Untuk nama kita di rumah ini, sehabis pagi
Aku akan menjerat leherku sendiri, sampai mati
(2014)
(Visited 81 times, 1 visits today)