Lompat ke konten

Suarakan Solidaritas Literasi, Aksi Kamisan Malang Usung Konsep Berbeda

Unik- Peserta Aksi Kamisan (1/8) berorasi dan membuka Lapak Baca sebagai protes terhadap sweeping buku di Probolinggo (PERSPEKTIF/Maul)

 MALANG,PERSPEKTIF–Aksi Kamisan Malang menggelar aksi solidaritas literasi di depan Balai Kota Malang pada Kamis sore (1/8) dengan konsep yang berbeda dari aksi-aksi sebelumnya.

Dalam aksi tersebut, Aksi Kamisan Malang menggelar lapak buku gratis sebagai wujud solidaritas atas kasus sweeping buku Lapak Baca ‘Vespa Literasi’ di Probolinggo.

“Ini adalah bentuk solidaritas dan dukungan terhadap kawan-kawan Vespa literasi,” ujar Wahyu Agung Prasetyo, Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi Kamisan Malang.

Ditanya lebih jauh, Kevin Alfirdaus, salah satu peserta aksi, mengemukakan bahwa konsep ini adalah bentuk protes atas pembatasan literasi masyarakat dan tindakan aparat kepolisian terhadap rekan Vespa Literasi di Probolinggo. “Sebenarnya konsep ini tak sengaja terpikir, dan ini berkaca dari keadaan yang dialami oleh kawan-kawan Vespa Literasi,” ungkapnya.

Kevin menganggap tindakan sweeping buku di era Presiden Joko Widodo menjadi hal yang sangat disayangkan. Ia beranggapan bahwa aparat dan pemerintah mengkhawatirkan isi dari buku yang beredar.  Terlebih tindakan sweeping buku telah melanggar ketentuan hukum di Indonesia.

“Mahkamah Konstitusi pada tahun 2010 silam telah melarang berbagai upaya sweeping buku dan tindayan sejenisnya,” terang Kevin. Ia juga menambahkan kegiatan sweeping buku dapat dilakukan apabila telah ditinjau secara akademik.

Sebagai orang yang pernah terkena sweeping buku, Kevin berpesan agar masyarakat umum dan pemerintah sering-sering membaca buku dan mendiskusikannya. Hal tersebut menjadi penting untuk membangun kesadaran terhadap penyelesaian masalah yang terjadi secara nyata. “Intinya masyarakat, pemerintah, beserta aparat harus sering membaca dan berdiskusi bersama-sama,” terangnya.

Tidak hanya menggelar Lapak Baca gratis, dalam aksi ini juga diisi oleh orasi dan pembacaan puisi.

Dinda Ayu Taufani Mahardika, salah satu peserta aksi, menganggap konsep Aksi Kamisan ini unik. Jika aksi sebelumnya hanya berupa orasi, pembacaan puisi, dan aksi teatrikal, aksi kali ini lebih bersifat aplikatif dengan menggelar lapak baca. “Konsep aksi kali ini lebih relevan dengan isu yang ada,” ungkapnya.

Dinda berharap agar masyarakat lebih antusias mengikuti Aksi Kamisan ini. Menurutnya, aksi tersebut menjadi dan menarik karena membahas Hak Asasi Manusia (HAM) dan isu masyarakat yang nyata.

“Aksi ini (Kamisan) menjadi momen bagi kita untuk merawat ingatan dan menolak lupa,” ungkapnya. (mim/cup)

(Visited 132 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?