Lompat ke konten

“Malang Doeloe” Tak Sepenuhnya Doeloe

"Tari Gandrung" asal Banyuwangi, salah satu penamilan seni tradisional yang tersaji di hari pertama Festival Malang Doeloe, Minggu (7/2) pagi. (Biyan/Perspektif)
"Tari Gandrung" asal Banyuwangi, salah satu penamilan seni tradisional yang tersaji di hari pertama Festival Malang Doeloe, Minggu (7/2) pagi. (Biyan/Perspektif)
“Tari Gandrung” asal Banyuwangi, salah satu penamilan seni tradisional yang tersaji di hari pertama Festival Malang Doeloe, Minggu (7/2) pagi. (Biyan/Perspektif)

Malang, PERSPEKTIF “Serupa tapi tidak sama,” ujar Zaini, Pembantu Ketua Pelaksana acara Festival Malang Doeloe (FMD). Kegiatan yang diselenggarakan selama 2 hari, 7-8 Februari 2016, ini bertujuan mengobati kerinduan masyarakat Malang yang ingin kembali merasakan suasana Malang pada zaman dahulu, sebab kegiatan dengan konsep serupa tidak setiap tahun diadakan.

Zaini juga mengatakan, berbeda dengan MTD yang benar-benar menampilkan suasana lawas Kota Malang, FMD ini memadukan suasana tradisional Kota Malang dengan pagelaran seni dan budaya baik tradisional maupun yang lebih modern.

Terkait perubahan nama festival ini, Zaini mengatakan perubahan nama pagelaran festival ini dikarenakan tidak ada campur tangan dengan manejemen Malang Tempo Doeloe (MTD) selaku pelaksana festival dengan konsep yang sama beberapa tahun silam. “Kami tidak menggunakan nama Malang Tempo Doeloe karena kami menghargai k Dwi Cahyono (Manajemen MTD) selaku pemegang hak paten atas nama (merk, red) Malang Tempo Doeloe” ujarnya.

“Kalau konsep secara garis besar sama sesuai judulnya, tapi mengkin ada beberapa perbedaan. Misalkan, untuk konsep kuliner jelas berbeda, nah disini kulinernya pakai yang tradisional sama yang zaman sekarang,” terangnya. Tak hanya soal kuliner, performance-performance yang disuguhkan pengisi acara pun tak hanya sebatas budaya-budaya tradisional.

Terdapat 110 stan berbagai produk dan pagelaran seni budaya yang menggandeng beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta yang ada di Kota Malang untuk memeriahkan acara. Selain itu, festival ini juga mengadakan sesi foto dengan tema zaman dulu serta pameran foto dokumenter suasana Kota Malang pada zaman kolonial. (bmh)

(Visited 322 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?